Jumat, 15 Juni 2012

Syaikhona Kholil Bangkalan; Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama


Judul : Syaikhona Kholil Bangkalan; Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama
Oleh : RKH. Fuad Amin Imron
Tebal : xxviii + 228 hlmn.
Cetakan : Pertama, Juni 2012
Penerbit : Khalista & Penainsani
Harga : Rp. 45.000,- 

"Jika Muammil Qomar (2002) menyebut 3 nama ulama yang memiliki peran penting dalam proses pendirian NU, yaitu KH Wahab Hasbullah sebagai pencetus ide, KH Hasyim Asy'ari sebagai pemegang kunci, dan Syaikhona Muhammad Kholil sebagai penentu berdirinya NU, dalam buku ini saya menambahkan satu ulama lagi, yaitu, KH As'ad Syamsul Arifin. Peran Kiai As'ad dalam konteks ini adalah penyampai isyarat langit dari Syaikhonan Kholil, yang telah meneguhkan sikap dan pandangan KH Hasyim Asy'ari untuk mendirikan NU." (RKH Fuad Amin Imron, Penulis)

"Dalam prespektif spiritualitas, Syaikhona Kholil adalah tokoh yang berperan secara langsung dalam pendirian organisasi para ulama pesantren. Pesan spiritualitasnya yang disampaikan melalui KH As'ad Syamsul Arifin menjadi faktor penentu bagi berdirinya NU. Dan pesan simbolik Syaikhonan Kholil inilah yang telah menepis keraguan, kegamangan dan kegelisahan Kiai Hasyim untuk mendirikan NU. Keyakinan Kiai Hasyim terhadap pesan spiritual gurunya itu, lalu diteruskan secara lahiriah kepada Kiai Wahab Hasbullah sebagai pembawa ide, untuk ditindaklanjuti dalam sebuah permusayawaratan ulama di Surabaya, pada 31 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H), setahun sebelum Syaikhonan Kholil wafat. Permusyawaratan para ulama tersebut melahirkan Komite Hijaz, yang kemudian ditetapkan namanya menjadi Jam'iyah Nahdlatul Ulama." (Prof Dr KH Said Aqil Siradj, MA, Ketua Umum PBNU)

"Isyarah Tongkat Musa dan Tasbih yang diberikan Syaikhona Kholil kepada Kiai Hasyim Asy'ari melalui Kiai As'ad berhubungan dengan jam'iyah sekaligus jamaah NU. Tongkat Musa adalah simbol komando atau kepemimpinan (leadership), sementara Tasbih adalah simbol spiritualitas dan simbol budaya. Kombinasi keduanya, diharapkan agar pemimpin NU memiliki pandangan, sikap dan tindakan yang terjaga keseimbangannya antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi. Muaranya adalah keteladanan (al-uswah), dimana pandangan, sikap dan tindakan pemimpin NU harus dapat dijadikan teladan oleh jamaah." (Nico Ainul Yakin, Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar